About Me

                          TENTANG AKU

Menjadi seorang Hilmy membuatku bangga, inilah yang selalu dikatakan oleh seorang sahabat, “jangan pernah membenci dirimu sendiri”. Aku lahir di South Coast, 26 Maret 1984. Aku sendiri meragukan tanggal dan tahun kelahiranku, soalnya ketika aku sudah bisa membaca di kelas 3 SD (agak telat memang karena dikampungku tidak ada TK) baru aku tahu kalau dua sepupuku yang lain yang kebetulan juga kami sama-sama masuk disekolah yang sama juga sama tanggal dan tahun kelahirannya denganku. Ketika ku “konfirmasi” pada Ibu jawabannya sampai aku berumur hampir seperempat abad ini juga tetap sama, “mungkin”. Terang saja aku memberontak. Aku tak bisa merayakan ulang tahunku sendiri meski dalam keluargaku tak ada tradisi merayakan ultah. Tapi ketika ada yang bertanya kapan aku lahir, aku tetap menjawab 26 Maret 84. Tak ada bukti yang relevan tentang tanggal dan tahun kelahiranku, semua dokumen keluarga hanyut saat banjir besar dikampungku dan kebetulan kapal Nabi Nuh tidak sedang berlayar.
Aku tak punya akte lahir, seperti kebanyakan keluarga lainnya dikampungku, akte tidaklah penting. Ia hanya akan diurus jika suatu saat nanti engkau lulus PNS. Satu-satunya dokumen yang menyatakan bahwa aku telah sah menjadi penghuni planet ini adalah sekeping kayu yang menutupi kamar tempat ibuku bersalin sendirian tanpa bidan desa. Sendirian! Bayangkan, betapa hebatnya Ibuku. Beliau juga yang memandikan dan menggunting tali pusarku. Di bagian dalam papan itu ditorehkan nama lengkap, jam dan tanggal kelahiranku. Tapi apa dinyana papan itu hanyut bersama banjir.
Namun aku tak pernah putus asa mengetahui tahun kelahiranku. Pertama-tama kuwawancarai tetanggaku yang punya anak gadis yang sebaya denganku, Naomi namanya. Ia kelahiran Desember 1985 dan ketika ia lahir ibunya bilang aku sudah pandai merangkak, berarti tahun kelahiran kami sama. Tapi kakakku yang paling tua dan juga ibuku bilang tidak mungkin, soalnya sepupuku yang lain kelahiran November 1983 dan dia hanya lebih tua dariku seminggu, tidak lebih. Jika aku November 1983, lantas jarak antara aku dan kakakku yang nomor dua hanya satu tahun. Kakakku yang nomor dua kelahiran September 1982, sementara ibuku sendiri bilang jarak kelahiran kami hampir dua tahun, kucoret lagi penelitianku yang nomor dua. Aku lebih tua beberapa bulan dari dua sepupuku Andre dan Emil yang tanggal dan kelahirannya sama denganku. Kata ibuku, aku lahir saat musim hujan melanda desaku, tapi Andre lahir pada saat banjir besar melanda kampung kami. Sedangkan Emil lahir saat panen padi dikampung kami sekitar bulan Januari.
Akhirnya aku pasrah dengan tanggal dan tahun lahirku, karena setiap kali aku bertanya ibuku pasti marah dan segera menutup pembicaraannya. Mungkin beliau bosan dengan pertanyaan yang sama setiap hari, setiap sore sehabis mandi. Akhirnya aku mengakhiri pencarianku, toh ketika aku benar-benar menyadarinya ternyata ijazah dan semua yang ada diidentitasku lebih gawat lagi, aku kelahiran 26 Maret 1983! Terang saja aku mencak-mencak, karena kenyataan tersebut kuketahui ketika kelas dua SMK. Mana bisa perbaharui lagi? Kumaklumi kalau wali kelasku memang sudah uzur dan tidak bisa membedakan antara angka 3 dan 4, gawat sekali. Pantas saja aku selalu mendapatkan juara 3 dikelas meski nilai matematikaku 6, selama tiga tahun berturut-turut. Ah, biarkan saja waktu yang menjawab kapan kerutan-kerutan halus muncul diwajahku.
Hei, ada yang penasaran dengan kampung kelahiranku? South Coast, hmm…sebenarnya sebuah desa kecil dipedalaman Pesisir tepatnya di Sumatera Barat. Nama aslinya adalah Pesisir Selatan, biar lebih gaul ku- Inggriskan heheehee……Saat perkenalan pertama, teman baruku pasti mengernyitkan keningnya, “Jamuran kayak gini lahir di Irlandia?” mungkin seperti itulah kira-kira yang mereka pikirkan.
Ketika sedang duduk manis mencari ide tulisan, mataku tertuju pada kalender toolbar komputer, iseng-iseng kucari tahun dan tanggal kelahiranku. 26 Maret 1984, hari Senin. Dengan semangat 68 langsung kuraih ponsel dan menelpon ibuku untuk mananyakan hari lahirku. Berpikir sebentar, sedikit omelan, ibuku menjawab, “Mungkin hari Jumat”. Mungkin? Mana mungkin Ibuku lupa hari lahirku? Lupa tahun lahirku saja, aku meragukan identitasku dalam silsilah pohon keluarga, apalagi hari lahirku. Sobat, bukannya aku tak bersyukur punya keluarga yang menyayangiku, meski banyak orang bilang antara aku dan ibuku sangat mirip fisik dan kepribadian, tapi aku hanya ingin memastikan tahun kelahiranku saja.
“Sudahlah, anggap saja kamu lahir 26 Maret 1985, toh kamupun tak pernah Ibu lihat dewasa”
Itu kata-kata ibuku menutup pembicaraan, dan klik! beliau mematikan ponselnya, bingung dengan pertanyaanku yang tak pernah dewasa. Kumainkan tuts-tuts komputer dengan jari jari kaku, kutemukan sebuah kata kata bijak yang dapat mengobati luka hatiku, ialah “ nikmati hidupmu sesulit apapun itu karena suatu saat kau akan merindukan masa masa itu”.
Yeah…….. I am a new born………………




3 comments:

Mayang Bahtera Pertiwi said...

Assalamu'alaikum...
unii...
kompleks banget ya perjuangan mencari tahun lahirnya..
hhy...
seru deh...
:D

CERITA KITA said...

hmmp ..
sulit bnget y mbak mencari tahun lahirnya ..
tapi, cerita sangat seru lohh.
heee

Hilmy said...

Syukraan, PS

Kasih............

Kasih manusia sering bermusim. Sayang manusia tiada abadi. Kasih Tuhan tiada bertepi. Sayang Tuhan Janjinya pasti