Monday, September 7, 2009

# Tentang Dia #

Aku mengenalnya ketika semester pertama kuliah melalui seorang teman dekat yang pada akhirnya menjadi sahabat dekatku. Tentang sebuah cinta yang hakiki, yang aku tau tlah mengenalnya walaupun tak pernah kutemukan dalam masa pencarian yang panjang. Tentang seorang laki-laki yang mengobrak-abrik seluruh masa kelamku. Lelaki agung itu mengajarkanku sebuah cinta sebelum aku mengenal masa cinta semu yang sebenarnya.
Sungguh, ketika aku mengenal tentang kehidupannya dari seorang sahabat, hatiku merasa
tersentuh, walaupun aku belum mengenalnya terlalu dekat. Aku memang belum melihatnya, tapi apapun yang diceritakan sahabatku tentang dirinya, tentang sifatnya yang pemalu, tatapannya yang selalu penuh cinta, kata-katanya yang lembut mampu membuat orang terpaku terpesona, kesabarannya terhadap hinaan dari orang-orang yang tidak menyukai kehadirannya, ketabahan dan kasih sayang yang terpancar dari setiap untaian kata-kata dan semua yang tak sanggup kubayangkan tentang dirinya. Sungguh dialah laki-laki terbaik yang tak lagi ditemukan sesudahnya.
Dia laki-laki yang menyihir pandanganku sehingga tak lagi mampu melihat cinta yang lain, Laki-laki itu tlah menaklukkan hatiku sehingga aku tak mampu berdiri tegak menatap matanya yang penuh cinta. Rasa yang membuncah itu kutuangkan dalam gelas-gelas kaca puisi yang kugubah, ah alangkah romantisnya ungkapan cintaku padanya, lewat salam kehangatan yang penuh dengan kerinduan, Aku tlah jatuh cinta pada pandangan pertama………..
Orang bilang tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta, maka akupun mencoba mengenalnya dengan banyak bertanya pada orang-orang yang mengenalnya, pada buku-buku dan kitab-kitab yang memuat tentang dirinya, karena memang ia lebih tenar dari selebritis manapun.
Ah, aku tak bermimpi. Laki-laki itu berdiri dihadapanku. Menatapku dengan tatapannya yang benar-benar penuh cinta! Aku tak pernah membayangkan sebelumnya! Aku benar-benar belum siap. Aku belum memakai pakaian terbaikku, dandananku masih awut-awutan, rambutku belum aku sisir! Cepat-cepat kusambar taplak meja untuk kujadikan jilbab, diakan lelaki pemalu, aku takut nanti dia tak mau menemuiku lagi karena melihatku berantakan begini.
Laki-laki itu berpostur sempurna, tidak tinggi dan tidak pula pendek. Berkulit putih bercahaya bagaikan pualam. Bermata jernih bagai telaga bening dan lentik dengan ‘tatapan yang penuh cinta’ rambutnya agak ikal dan panjang sampai dibawah telinga, hidungnya mancung khas laki-laki arab. Tubuhnya harum kesturi yang tak pernah kucium sebelumnya. Dia tersenyum padaku. Badanku menggigil mendengar sebuah kalimat yang menyentakkan kesadaranku dari lamunan panjang masa-masa kelam hidupku, kata yang terukir indah dari bibirnya……..ah, aku tlah jatuh cinta padanya………..
Kukenakan pakaian terbaikku seperti yang dipintanya. Ah alangkah cantiknya aku. Aku selalu merindukannya, kuungkapkan dalam sebuah sajak yang indah yang selalu diungkapkan oleh orang-orang yang sedang jatuh cinta. Aku berharap ia selalu menungguku ditelaga yang telah ia janjikan untukku. Disana, ditelaga itu ia akan menungguku menagih puisi-puisi cinta yang telah digubah yang sering kulantunkan untuknya sebagai bukti atas balasan cintanya. Ditelaga itu ia menanti, telaga yang bernama Alkausar, telaga bening yang sebening matanya kala menatap orang-orang yang mencintainya. Ah, kekasih tak sabar aku menunggu.
Dunia ini terasa lama, kala rindu itu menggebu. Ingin kuputar waktu agar berlalu cepat. Ingin kuteriakkan pada langit bahwa aku merindukannya sangat. Ingin kukatakan pada angin bawalah rinduku padanya menembus ujung langit yang tak lagi berwarna karena pudar menahan asa. Ingin kubisikkan pada burung-burung seakan aku tak kuat lagi menahan kerinduan padanya dan pada Zat yang menciptakannya.
Dia tlah mengajarkanku arti cinta dan bagaimana meletakkan cinta pada tempatnya. Lewat cintanya pada sahabat-sahabatnya, lewat cintanya kepada istri-istrinya dan lewat cintanya yang suci kepada anak-anak yatim dan orang-orang miskin seperti dirinya.
Cinta itu melekat begitu sempurna, lewat udara yang kuhirup setiap saat dan menempel kuat dalam rongga dadaku, menghembuskan getar-getar halus berirama pada setiap helaan napas yang penuh cinta. Dan aku tak membutuhkan lagi cinta lain yang belum diridhoi oleh Kekasih_nya, cukuplah cintanya memenuhi rongga dadaku.
Ya Tuhan…bagaimana mungkin aku menduakan cintanya dengan manusia yang lain, sedangkan Engkau mencintainya melebihi yang lain? Bagaimana mungkin aku mencintai makhluk-Mu yang lain sedangkan ia sangat mencintaiku bahkan sebelum napas terlepas dari tenggorokannya, dia selalu menyebut namaku karena takut akan diriku yang terpelosok kejurang kenistaan. Bahkan ketika sakit menjelang ajal yang dirasakannya melebihi manusia lain manapun, ia masih mengingatku. Bagaimana mungkin aku akan menduakan cinta dengan yang lain sementara cintanya tak pernah putus hingga masapun berakhir? Alangkah meruginya aku menduakan cintanya sebelum saatnya tiba.
Dia, Rasulullah SAW yang mulia, yang cintanya kepada umatnya melebihi besarnya gunung uhud, melebihi untaian cinta dari lapisan dunia manapun. Yang tak bisa lagi dituangkan lewat kata-kata karena tak ada tinta yang mampu menggubahnya menjadi sajak-sajak yang bermakna. Cintanya kepada umatnya amatlah besar, maka pantaskah aku menduakan cintanya dengan yang lain dengan melebihi kadar cintaku kepadanya? Tidak…sampai napas terenggut dari tenggorokanku takkan ada cinta yang lain yang melebihi kadar cintaku padanya dan kepada Zat yang menciptakannya.
Renungkanlah wahai saudaraku, bahwa cinta itu mempunyai 3 kasta yang harus ditempatkan pada tempat yang semestinya,

Cinta kepada ALLAH

Cinta kepada RASULULLAH

Cinta kepada JIHAD di jalan Nya


No comments:

Kasih............

Kasih manusia sering bermusim. Sayang manusia tiada abadi. Kasih Tuhan tiada bertepi. Sayang Tuhan Janjinya pasti