Friday, March 9, 2012

Pacaran Sebelum Menikah

Dulu, saya tak pernah berniat menjadi guru SD, apalagi menjadi wali kelas bawah. Tak pernah terpikirkan menghadapi bermacam tingkah anak-anak yang polos dan menguji kesabaran. Tapi ini adalah jawaban dari semua doa-doa saya, saya ingin menjadi sabar dalam arti sebenar. Dan ternyata ini bukan hanya menguji kesabaran saya, tapi juga memancing naluri saya sebagai calon ibu. Hehehehehe…….
Tentu saja, saya tak pernah bergaul dengan anak kecil. Dirumah saya ibarat anak tunggal karena beda usia yang jauh dari kakak saya. Tiba-tiba saya begitu terkesan dengan tingkah polah anak-anak didik saya. Lucu dan menggemaskn.
Saya sangat terkesan dengan salah seorang anak didik saya. Namanya Afrizal. Kemampuan intelligence-nya biasa-biasa saja. Tapi ia polos dan menggemaskan. Memandangnya menimbulkan perasaan cinta. Sungguh, saya jatuh cinta dengan yang satu ini. Suatu hari, dia bilang akan pindah sekolah ke pulau Jawa pada tahun ajaran baru nanti. Iseng saya bertanya,
“Afrizal mau tidak tinggal sama Ibu, dan jadi anak Ibu?”
Dia menggeleng sambil tersenyum
“Nanti Ibu beliin mainan banyak deh, film power rengers, ps, computer, pokoknya Izal mau apa aja Ibu beliin. Di rumah kan bisa belajar dengan Ibu” saya terus membujuk.
“Janganlah, Bu. Kan kasihan Ibu saya” Jawabnya polos. Seperti biasa, jika bicara bibirnya maju beberapa centi, lucu.
Semua anak-anak kasak kusuk dan menawarkan diri untuk menjadi anak saya. Saya terkekeh melihat tingkah mereka.  
“Tapi nanti belajarnya sama Ibu yaaaaa…?”Kata mereka polos.
“Ibu ini gimana sih…? Kan belum menikah. Nikah dululah Ibu biar bisa punya anak sendiri” Tiba-tiba Nazri berkomentar.
Hahahahahahaha……..
Saya sampai memegangi perut menahan tawa. Benar juga yah.
“Memangnya Ibu sudah menikah, ya?” Tanya Fika.
Saya makin penasaran….
“Jadi Ibu ke Jakarta selama 2 minggu itu karena menikah ya? Ibu jahatlaaahh… nikah kok kami tak Ibu undang. Wajib lho hukumnya, Bu…….” Nazri protes. Saya masih terdiam
“Tapi kalo Ibu sudah menikah, kenapa Ibu tak diantar suami Ibu ke sekolah? Ibu bohong yaaaa….” 
Iya siihhh saya memang belum menikah, 
“Kalo Ibu nggak punya anak juga, Ibu harus rajin minum susu dan makan sayur…”
“Ibu ini gimana sih….? Dulu Ibu bilang Ibu nggak punya pacar. Sekarang kok tiba-tiba Ibu sudah menikah…?” Suara Nazri melengking dan mengusik gendang telinga saya.
Masya Allah…….
Anak kecil pun tahu, pacaran dulu sebelum menikah…?
Naudzubillaah…..
Mereka sudah mampu mendefinisikan apa itu pacaran.
“Anak-anak Ibu, pacar itu adalah inai yang dipakai dikuku” Saya bingung nih mau jawab apa.
“Bukan, Bu. Pacar itu seperti si fulan dan si fulana” jawab anak-anak.
Yaa Allaah…
“Anak-anak Ibu , pacar itu adalah urusan orang dewasa……”
“Seperti ayah dan ibu yang sudah menikah ya, Bu..?” Asyqar memotong kalimat saya.
“Iya, orang yang sudah menikah baru boleh pacaran…”
“Pacaran itu makan bareng ya, Bu?”
“Naik motor bareng ya, Bu?”
Bla….bla….bla…..bla.......
Dan mereka saling beradu opini. Bingung saya menjelaskan pada anak kecil. Saya belum berpengalaman sih…
Nah, akhwatifillaah…………… inilah tugas kita membina generasi muda Islam. tugas yang sungguh mulia, kan...?

No comments:

Kasih............

Kasih manusia sering bermusim. Sayang manusia tiada abadi. Kasih Tuhan tiada bertepi. Sayang Tuhan Janjinya pasti