Tuesday, June 1, 2010

Keangkuhan Seorang Wanita Cantik

             Ampuni dia, ya Allah....
 “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia” (QS. An Nuur:26) 
Teman-teman satu team saya dikampus sering bertanya criteria seperti apakah yang saya inginkan untuk jodoh saya, berhubung mereka selalu mengaitkan penampilan akhwat plus koboi saya dengan kepribadian. Lama saya termenung, bingung mencari alasan agar mereka tak lagi men-comblangi saya dengan pilihan mereka. Maka jawaban saya adalah triple-S, Smart, Shaleh dan Setia. Tapi itu bukan criteria mutlak saya, karena ketika salah seorang teman kerja saya yang cowok “menceramahi” saya tentang memilih jodoh, dia mengatakan, “Laki-laki itu disukai karena 3 hal, Jib” katanya. “Pertama karena uang, kedua karena penampilan dan yang ketiga adalah karena menyenangkan”, maka saya menambahkan kata menyenangkan dalam daftar saya. Berbeda lagi dengan sahabat saya, dia mengatakan bahwa semua karena jodoh, tapi tak ada salahnya membuat criteria asalkan selalu menyadari bahwa “ukurlah tiang listrik dengan jarak pandanganmu”.
Mengingat semua itu saya jadi teringat dengan kisah salah seorang teman baik saya. Ini kisah nyata yang benar-benar menakjubkan saya tentang arogansi seorang wanita cantik. Malam ini, seperti malam-malam sebelumnya, imsomnia saya kambuh lagi, meskipun saya sudah menenggak 2 sendok syrup “ngantuk”, namun mata saya sulit terpejam. Padahal saya harus bangun jam 5 pagi untuk bersiap-siap berangkat kerja. Saya mulai dari mana ya?
Ya! Dari awal perkenalan saya dengan Zaza (bukan nama sebenarnya). Zaza tergolong pribadi yang introvert. Dari mana saya melihatnya? Dari cara dia berjalan, selalu menunduk seolah sedang mencari koin jatuh, model poni yang sengaja menutupi seperempat wajahnya dan yang lebih kentara adalah, dia tidak bisa memulai komunikasi untuk menegur orang yang dikenalnya maupun tidak terlebih dahulu, apalagi dia sulit menyesuaikan diri dengan situasi dan orang-orang baru disekitarnya. Ketika saya ingin mengenalnya dulu, saya berpura-pura menyukai cara pandangnya tentang seseorang, saya selalu mengaitkan kejadian yang dialaminya dengan moment yang saya alami. Misalnya ketika dia cerita bahwa dia sulit menegur orang yang telah menyakiti hatinya, maka saya akan menjawab, “sama, saya juga seperti itu dulu lho, Un”.
Dan waktupun berlalu, saya benar-benar merasa dekat dengan Uny Zaza, begitupun sebaliknya. Ketika umurnya sudah lebih dari 28 tahun, dia mulai mencemaskan criteria jodoh yang sudah dibuatnya namun belum menemukan yang cocok. Saat itu seorang pria baik-baik dari kenalannya ingin mengenalnya lebih dekat. Tapi Uny Zaza selalu menghindar dan terkadang memperlakukan pria tersebut kurang santun. Alasannya, pria itu bukan lelaki idamannya. Ketika kutanya laki-laki seperti apa yang dia idamkan, jawabannya adalah,
“Berwibawa, putih, tinggi dan berpendidikan”. Sayapun tergelak.
“Hanya itu?” sayapun bertanya. “Seperti siapa kira-kira?”
“Seperti Pak…………………” Dia menyebutkan nama salah seorang manager diperusahaan tempat kami bekerja. “Atau seperti……….” Jawabnya, masih satu level dengan manager tersebut, namun sedikit rendah jabatannya. Saya tau itu bukan jawaban main-main. Ia serius sambil menghindari tatapan saya.
“Tak bisa digoyang sedikit kriterianya, Un?” Saya bertanya sambil melihat tajam ke bola matanya yang legam. Dia cantik, putih, berbulu mata lebat dan menawan. Namun cantik itu menurut ahlinya adalah relative, dan cantik belum tentu menarik, bukan?. Misalnya sebagian orang menilai cantik itu dilihat dari body yang bagus, tinggi, langsing dan berisi. Atau kulit yang putih dan rambut yang indah. Atau seorang teman cowok saya mengatakan cantik itu bisa dilihat dari mata dan pandangannya. Seorang wanita dikatakan cantik karena pandangan matanya “mengatakan sesuatu” kata teman saya tersebut. Betul juga, terkadang.
Tapi sebagai sesama perempuan, saya melihat cantiknya seorang wanita itu adalah dari cara pandang dia melihat ‘sisi lain dari hidup’, cara dia berpikir dan mempunyai prinsip hidup yang jelas. Zaza bukan gadis yang cantik menurut ‘pandangan’ saya. Secara fisik, bagi kebanyakan lelaki, dia termasuk criteria cantik. Misalnya, kalau Zaza sedang berjalan berdua dengan saya, semua mata yang sedang mengarah ke arah kami pasti selalu tertuju pada Zaza, berarti Zaza lebih menarik daripada saya, he..he…
Seperti kebanyakan teman-teman yang lain, postur Zaza berkisar sekitar 150/48. Dia bukan gadis yang berbodi aduhai jika memakai jeans. Rambutnya keriting keset alias keriting kecil-kecil bekas re-bonding. Dia putih dan bersih dengan alis mata tebal dan bulu mata yang super lentik, mirip orang Timteng. Dulu, sebelum dia mengenakan jilbab, Zaza sangat kuper dan hanya mau berteman dengan orang-orang tertentu saja.
Pria yang ingin mengenalnya itu tak kenal lelah meluluhkan hati keras Zaza, meskipun terkadang dan bahkan sering malah Zaza memperlakukannya tidak santun. Menurutku dia lelaki yang sopan dan shaleh, namun terlalu lugu sehingga mau menggadaikan harga dirinya hanya untuk seorang Zaza. Alasan Zaza menolak pria iu karena satu hal, pria itu tidak ganteng dan mentereng.
“Dia hitam, Jib. Hitaaaaammmmm” Zaza menekan nada suaranya pada kata T-A-M. seirama dengan alunan kepalanya yang menunduk dari atas kebawah, mencerminkan bahwa kata-katanya benar-benar serius.
“Dia itu pendek, dan jelek. Dan lagi tidak punya embel-embel dibelakang namanya”
Saya jadi teringat dengan sebuah buku mungil karya Ahmad Zairofi AM, Lelaki Hitam, Pendek dan Lebih Jelek dari Untanya.
Bahwa, manusia itu dihargai bukan karena bentuk fisiknya, bukan karena embel-embel dibelakang namanya dan bukan pula karena dia keturunan dari bangsawan kelas berapa. Beruntung saya telah membeli buku luar biasa itu bertahun silam, sayapun tergerak untuk membacanya kembali. Ditemani lirik rancak Ebiet G Ade Berita Kepada Kawan, saya berusaha membuka memori beberapa tahun lalu, mengenai keangkuhan seorang wanita bernama ZAZA.
Bebulan-bulan pria baik itu berusaha menaklukkan hati Zaza. Ia rela mengikuti kemauan Zaza walau sekedar untuk membelikan se-liter minyak tanah yang pada masa itu sangat sulit di Batam, kecuali, pria itu tak bisa menawar jika waktu shalat tiba ia tak akan mengundur waktu untuk ke masjid. Pria itu, dengan segala kelemahannya berlutut pada seorang gadis cantik namun angkuh.
“Uny Za, suatu saat Uny akan menyesal menolak pria baik seperti dia. Apa salahnya Uny istikharah dulu, mana tau Uny terbuka hatinya.” Nasehatku waktu itu.
Apa jawabnya? “Jangankan untuk menikah dengannya, untuk istikarah saja saya tak niat sama sekali!”.
Alangkah takaburnya. Dengan sedikit keberanian yang susah payah saya pilih kosa kata yang tepat agar dia tidak tersinggung, pelan sekali saya gumamkan padanya,
“Jika Uny mengharapkan criteria lelaki yang Uny impikan, mustahil itu akan tercapai. Yang terbaik menurut Uny belum tentu yang terbaik menurut Allah. Lagi pula boleh jadi Uny mendapatkan lelaki yang Uny idamkan, tapi ingatlah, boleh jadi dia hanya bisa menerima Uny dalam hidupnya tapi tak bisa menerima seluruh keluarga Uny dalam hidupnya. Jika Uny mengukur kelebihan seseorang dari gelar, jabatan dan rupanya, Uny juga harus mengukur dengan keadaan diri Uny sendiri, pantaskah?. Cantik itu bisa pudar Uny. Dan saya pikir, maaf, Uny tidaklah cantik-cantik amat. Kelebihan Uny hanya putih, beberapa tingkat dibandingkan saya. Dan boleh jadi lelaki yang Uny anggap jelek, hitam dan berpendidikan sederhana itu mau menerima Uny apa adanya, menerima seluruh keluarga Uny, seperti yang dia katakan sebelumnya. Yang jelas sampai kapan Uny akan menanti pangeran dari negeri antah barantah itu?”
Pppfffuuiiihhh…..saya merasa lega. Kata hati yang paling dalam sudah saya cuatkan keluar. Saya tak peduli jika Zaza marah dan merajuk, tapi ekspresi wajahnya tak berubah. Beribu alasan tersembur dari bibir pink-nya, selalu punya banyak jawaban, pikirku.
Berbulan kemudian, dengan mata bengkak Zaza memeluk saya. Tangannya bergetar, bibir pink-nya mengatup menahan luapan emosi. Kudekap dia kepelukanku, berusaha membagi kesedihannya. Jantungnya berdetak kencang. Apa pasal? Ternyata lelaki itu akan pindah ke Jakarta karena tak bisa lagi menahan perasaannya pada Zaza, sehingga dia mengundurkan diri dari pulau Batam jika Zaza terus menolaknya. Kemungkinan dia akan menikah dengan seorang kawan lamanya di Jakarta. Trus apa hubungannya dengan Zaza? Bukankah itu akan menyenangkannya? Dia akan terbebas dari lelaki yang selalu mengejarnya itu.
“Aku belum sanggup berpisah dengannya. Aku tak rela jika dia sampai menikahi temannya itu” Jawab Zaza.
Apa salahnya? Bukankah itu suatu berita hebat?
“Dia tidak boleh menikah dengan orang lain sebelum aku menikah duluan…”
Sayapun tergelak. Tidak main-main. Inilah representasi dari seorang wanita angkuh dan egois. Saya marah. Muntab. Ingin mencabik-cabik keangkuhan yang membelenggu dirinya sendiri. Saya tak berkomentar saat itu. Jari-jari saya bergetar menyentuh keyboard didepan saya. Saya berhenti mengetik email. Pikiran saya tiba-tiba blank. Beberapa hari kemudian Zaza cerita kalau pria baik itu tidak jadi ke Jakarta. Saya tidak tahu pasti alasannya sampai beberapa bulan kemudian Zaza dengan muka tertekuk bercerita bahwa dia akan menikah dengan pria itu. Sayapun sangat bahagia ketika itu. Zaza akhirnya takluk. Dia akan menikahi pria baik itu. Tapi kata-kata tak sedap mulai keluar dari bibirnya sejak dia mengultimatum pernikahannya pada rekan-rekan kerja. Misalnya, dia membawa poto pria baik itu ke tempat kerja dan memperlihatkan pada teman-temannya. Biasanya seseorang memperlihatkan sesuatu yang amat disukainya pada orang lain dengan maksud baik-baik, tapi Zaza?
“Aduh, teman-teman… ini poto calon suami saya, saya perlihatkan sekarang, biar kalian tidak kaget pas lihat yang aslinya nanti. Jelek dan itam” promosinya waktu itu.
Hati saya terasa tercabik-cabik mendengar ucapannya itu. Bukan karena saya juga jelek tapi saya membayangkan jika pria baik itu adalah kakak atau saudara saya, saya benar-bnar merasa terhina.
“Saya menikah hanya untuk menjawab pertanyaan orang-orang dikampung pada Ibu saya, ‘anak gadis Ibu di Batam sudah menikah, ya?’ saya menikah untuk mengurangi rasa malu keluarga saya agar saya tak dicap perawan tua”
“Dia lelaki yang itaaaaaammmm kali……jelek!”
“Pendek”
Dan bla…bla…… beragam penghinaan disematkan pada pria baik itu. Semua orang yang mendengar hanya mengelus dada, tidak menyangka gadis yang selama ini mereka anggap sangat pendiam itu mampu membunuh seekor kalajengking dengan kata-katanya, sangat menyengat.
 Beberapa minggu sebelum pernikahannya, Zaza datang ke-kosan saya sambil berurai air mata, menangis tersedu-sedu, sayapun panik dibuatnya. Disela tangisnya dia bercerita bahwa dia barusan pulang dari rumah temannya. Suami temannya diam-diam menanyakan kenapa dia mau menikah dengan pria itu? Pria itu bukan pria yang tampan sedangkan Zaza wanita yang cantik, dan dia pantas mendapatkan pria yang lebih dari itu.
Karena kesal, sayapun menelpon temannya itu dan menyayangkan kata-kata suaminya, merekapun meminta maaf. Zaza hampir membatalkan pernikahannya.
“Dia bukan tipe lelaki romantic, Jib. Dia kaku” katanya.
“Memangnya Uny suka pria yang selalu membawakan Uny setangkai bunga? Meletakkannya dimeja makan atau membangunkan Uny dengan setangkai mawar?” tanyaku. Iapun mengangguk.
“Uny suka jika pria itu berlutut didepan Uny dan mencium jemari Uny sambil mengucapkan kata-kata romantic?”. Dia mengangguk lagi.
Sialan Shakespears, sialan Shah Rukh Khan, sialan MLTR. Saya memaki-maki orang yang tak dikenal itu dalam hati. Mereka telah membuat para kawula muda ini hidup dalam dunia khayalan. Berlutut sambil mengucapkan cinta? Itukan hanya dalam sinetron Indonesia yang tak berkualitas. Saya tak menafikan nuansa romantic dalam hidup, tapi membatalkan pernikahan karena calon suaminya tidak romantic? Ini keterlaluan.
Zaza mau kabur ke Singapur, jika pria itu tak mau membatalkan pernikahan. Ia rela menanggung malu keluarga jika pernikahan ini batal. Ia rela menerima resiko apapun. Lelaki baik itu pernah berkata bahwa dia akan menerima Zaza apa adanya meskipun Zaza tidak bisa memberinya keturunan ! ah, lelaki macam apa itu? Apakah karena cinta yang mendorongnya berkata seperti itu? Cinta jenis apa? Lelaki itu, yang saya tahu adalah seorang lelaki shaleh, yang selalu ke masjid ketika waktu shalat wajib tiba, yang selalu shaum senin kamis, lelaki yang santun dan penyayang, lelaki yang senyumnya selalu terukir dibibir ketika berpapasan dengan orang yang tidak dikenalnya. Dan sekarang ternyata dia takluk dalam cintanya yang asing. Ah, mungkin ini yang dinamakan sifat posesif kompulsif.
“Uny, mungkin ini dilemma yang dihadapi oleh calon pengantin. Uny coba jalani dulu. Jika saat ijab kabul hati Uny berpaling saya bersedia menggantikan Uny…” kata saya ketika itu. Sayapun menyumpah-nyumpah dalam hati. Separuh hidup saya sudah tergadai saat wajah Zaza sudah agak tenang setelah kata-kata sakti itu keluar dari mulut saya. Dia menagih janji saya tersebut, saya hanya mengangguk dan berdebar. Berharap pria baik itu akan mendapatkan gadis cantik dan mulus seperti Zaza, eh akhirnya dapat gadis bulukan seperti saya, hi…hi….
Akhirnya, singkat cerita, sahabat, pernikahan Zaza berjalan dengan lancar. Saat kedua mempelai duduk dipelaminan, rekan-rekan kerja kami terkaget-kaget menyaksikan alangkah tampan dan manisnya pria baik itu. Wajah pria itu sangat ramah dan bersih. Teman-teman kamipun hanya bisa melongo melihat pemandangan yang kontras sekali dengan cerita Zaza. Pria itu teramat sempurna dan baik untuk seorang Zaza yang punya ‘karakter’ biasa-biasa saja.
Bertahun kemudian, setelah Zaza memiliki seorang putri yang lucu, kata-kata sinis itu sudah mulai berkurang dari mulut Zaza. Tanpa sadar ia bercerita pada teman-teman kerja kami, jika suaminya telat pulang kerja ia selalu merasa kangen dan akan mencium baju bekas pakai suaminya.
“Bau keringatnya saja dapat mengobati rinduku, jika suamiku telat pulang…”
Semua orangpun berbisik-bisik dibelakangnya…..
Ah, semoga bersama laki-laki baik itu Zaza akan mengubah cara pandangnya tentang hidup dan kehidupan. Bahwa diatas langit masih ada langit.
Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al Furqaan:74)
“Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin” (QS. An Nuur:3)


No comments:

Kasih............

Kasih manusia sering bermusim. Sayang manusia tiada abadi. Kasih Tuhan tiada bertepi. Sayang Tuhan Janjinya pasti