Saturday, April 24, 2010

Definisi Cinta

                          Cinta yang Menyiksanya
Apa rasanya jatuh cinta?
Rasa coklat strawberry?
Serasa melayang diangkasa?
Atau serasa seperti ketimpa durian?
Entahlah, saya lupa rasanya, rasanya campur aduk gitu. Setiap orang pasti pernah mabuk cinta pada lawan jenisnya, dan sangat wajar sekali. Cinta jatuh tidak pandang bulu. Ia bisa saja jatuh pada orang yang rajin ngaji sekalipun, jilbab selebar Jakarta-Surabaya atau disaat usia berapapun. Seperti yang terjadi pada seorang sahabat akhwat saya, sekarang ia sedang jatuh cinta. Cinta yang sangat menyiksanya. Ia bercerita pada saya suatu ketika, ia pernah meringkuk disudut kamarnya sambil membisikkan lagu Nike Ardilla. Liriknya kurang lebih seperti ini:
 Disudut kamar yang sepi…..
Kuterpaku merenungi..
Kegagalan hidup ini,
Seakan tiada pernah berakhir..
Cinta….dalam hidupku
Kini seakan mati, dari semua yang pernah ada
Kini entah kemana, bla…bla…bla…

Ia tersiksa dengan cinta yang diciptakannya. Bahkan ia tak bisa mengeluarkan air mata sebagaimana layaknya para pecinta, itulah yang membuat saya tersiksa, Hil, katanya suatu ketika. Air matanya jatuh kedalam hatinya, menggerogoti jiwa dan mengkorosi imannya. Ikhwan yang seperti apa yang berhasil membuatnya mabuk seperti habis makan kepiting beracun itu?
“Dia bukan Ikhwan, Hil, setengah ikhwan”
“Ada tiga alasan yang membuat saya tersiksa. Pertama, saya belum siap menikah dengannya jika dia memang jodoh saya (ia menyebutkan beberapa alasan tertentu-red). Kedua, saya tidak bisa menolak bayangan dan khayalan nakal yang diciptakannya. Ketiga, saya tidak tahu apakah saya benar-benar mencintainya”
Nah, lho….
Saya menahan ketawa saat dia mengakhiri ceritanya, takut dia tersinggung. Cinta seperti itulah yang menyiksa teman akhwat saya itu, dia tidak tahu apakah dia benar-benar telah jatuh cinta. Sekarang teman akhwat saya tersebut sedang menjalani terapi yang ia sebut sebagai loveholic therapy.
Saya juga pernah jatuh cinta, bahkan sering malah, he…he… berangkat dari pengalaman remaja dulu, saya punya tips melumpuhkan “cinta liar” itu. Apakah sekarang masih mujarab saya juga kurang tahu, tapi teman akhwat saya sedang menjalani terapi dengan ramuan saya ini:
1.       Definisikan cinta itu terlebih dahulu sebelum menyebarkan benihnya.
Sebagai seorang Muslim, apapun yang kita lakukan haruslah karena Allah semata, termasuk juga dalam hal mencintai. Cinta karena Allah jauh lebih murni daripada cinta yang berlandaskan hal-hal duniawi. Mencintai manusia adalah fitrah manusia, dan adalah suatu kelancangan kita sebagai seorang Muslim menduakan cinta Allah sebelum dihalalkan-Nya.
2.      Seseorang yang sedang jatuh cinta, akan selalu mengingat orang yang dicintainya. Maka ingatlah Allah sebagai cinta pertama kita.
3.   Kekuatan cinta membuat para pecinta selalu membisikkan nama oang yang dicintainya, maka zikirlah menyebut Asma-Nya.
4.     Telpon, SMS, email maupun sepucuk surat cinta akan selalu terngiang-ngiang akan kata-kata mesranya, selalu ingin membacanya berulang-ulang. Maka bacalah surat cinta-Nya yang luar biasa romantic sebagai obat penyakit iman.
5.   Perbanyak komunikasi lewat shalat-shalat dan amalan-amalan sunnah, agar kita senantiasa merasa ada di dekat-Nya.
6.       Berkhalwat dengan-Nya disepertiga malam terkahir, sungguh romantic kawan…
7.  Ketika virus itu sulit dikendalikan apalagi karena lingkungan sekitar sangat mendukung pertumbuhan sel-sel cinta, ucapkan kata-kata ampuh ini,”cukuplah bagiku Allah dan Rasul-Nya”. Saat berada diatas taksi, tanpa sengaja saya menikmati lirik lagu lawas Boyzone, yang tak ada salahnya dikutip, “And you’ll never live until you love with all your heart and soul”
Cinta itu seperti musim, kadang membahagiakan, menyenangkan, menyiksa, dan menakutkan. Tergantung dari reaksi yang ditimbulkan. Yang terbaik menurut kita belum tentu baik menurut Allah. Maka pilihan Allah adalah sebaik-baiknya pilihan.

1 comment:

Hilmy said...

Ini kupersembahkan untuk seorang teman yang sedang kepayang. S'moga berhasil menjalani terapinya

Kasih............

Kasih manusia sering bermusim. Sayang manusia tiada abadi. Kasih Tuhan tiada bertepi. Sayang Tuhan Janjinya pasti