Wednesday, March 23, 2011

Duhai, calon suamiku….(uhuk...)


03 Maret 2011
Duhai, calon suamiku….(uhuk...)

Dimanakah dikau berada? Kapan datang menjengukku? Aku menunggumu disini, dibawah naungan kubah raksasa gelap, aku menunggu pelita darimu, yang akan menerangi langkahku untuk menuju Rahmat-Nya. Kapan engkau siap membawakanku setangkai bunga? Membawakan aku setangkup sajadah dan mukena serta sebuah kitab cinta? Apa gerangan yang membuatmu belum berani menampakkan wajahmu padaku?
Jika maisyah yang engkau khawatirkan tidak bisa membahagiakan aku, bangun tengah malam buta dalam keadaan lapar aku sanggup melalui bersamamu daripada menanggung sendiri. Dalam keadaan lapar kita berdua akan mengadu pada-Nya. Bukankah berdua akan menambah kekuatan kita?

Jika yang engkau khawatirkan kesiapan mental, bukankah jika berdua kita akan sanggup melalui hari-hari yang mendebarkan? kita bisa saling melengkapi dan akan saling menjaga.
Jika yang engkau khawatirkan adalah sakit yang kau derita saat ini menghalangimu datang kepadaku, aku akan merawatmu dengan sepenuh jiwaku. Aku akan mebalut lukamu dengan potongan-potongan cinta yang kupunya. Setiap manusia pasti punya kekurangan masing-masing, dan aku siap untuk melengkapinya.
Duhai calon suamiku, kapan engkau datang mengintipku dari balik hijab itu?
Aku menunggu berdebar-debar.
Akupun bukan seorang bidadari yang diturunkan dari langit. Aku bukan pula gadis yang cantik seperti gadis-gadis yang pernah kau lihat. Kuharap kau tidak berpaling tatkala melihatku. Aku bukanlah gadis aduhai, yang tinggi langsing dan wangi. Aku ingin terlihat sederhana untukmu. Terkadang, jauh dalam danau hati ini aku berharap kau masih memelankan langkah menuju jendela hatiku, agar aku bisa berbenah diri, memoles diri agar terlihat cantik dihadapanmu.
Tapi aku tidak tahu kapan engkau datang, aku belum merasakan pertanda kedatanganmu. Meski setiap ada yang datang mengajakku untuk kebaikan, tapi aku merasa itu bukan kau, maka aku menepis tawarannya. Aku tahu mereka bukan engkau. Engkau masih jauh disana, terbelenggu oleh banyak pertanyaan yang mengikat langkah. Aku tahu engkau masih berjalan mondar mandir mencari arah mata angin. Tapi kau lupa menatap langit, dan meminta kepada Segala Yang Punya.
Ataukah engkau sedang berkemas, menunggu waktu yang tepat?
Duhai penyejuk pandangan mata,
Jangan terlalu lama berpikir, mari kita sama-sama berdoa, agar kita dipertemukan segera. Disudut khatulistiwa ini aku menanti, menutupi wajahku dengan selendang iman agar tak ada yang mengintip. Jangan biarkan aku lama menunggu, dan menolak beberapa ajakan untuk menggenapkan setengah dien. Aku hanya sanggup diam tatkala tawaran itu berdatangan, bertanda aku menolak dengan halus, karena aku sedang menunggu seseorang yang tidak aku tahu siapa. Aku masih setia menunggu meski aku tidak tahu engkau siapa. Adakah engkau diantara orang-orang yang pernah kutolak? Jika engkau ada diantara mereka, kenapa aku tidak mendapatkan tanda getaran bahwa engkau telah datang. Aku ibarat menunggu bis dengan mata tertutup, melewati bis-bis yang datang karena tidak sama tujuan dan aku tak berniat pergi bersamanya. Aku menunggu bis yang berhenti didepanku, dibalik hijab dan membimbingku kedalam lautan fathihah.
Seminggu  lagi ultah-ku yang ke 27, aku sudah lebih dari seperempat abad. Ayah dan Ibu sudah tua. Mata mereka selalu menatapku cemas, menunggu keberangkatanku. Hari makin lama makin gelap, namun aku belum juga beranjak, melewati bis-bis yang bersileweran lewat didepan hidungku. Mereka bertanya, bis mana yang masih engkau tunggu, Nak? Dengan mata berkaca aku hanya menjawab, bahwa bis yang kutunggu adalah bis yang mengarah kearah kiblat, bis yang bisa menampung Ibu dan Ayah, mengantarkan kita sekeluarga selamat sampai tujuan.
Nak, Ibu ingin melihat engkau bersanding sebelum Ibu dipanggil-Nya. Ibu ingin mendampingimu, kata Ibu sambil berkaca-kaca. Duhai sang pujangga, beri aku tanda kapan engkau datang……
(ditulis khusus untuk Sy - Muth, Percayalah, bahwa Allah punya segala yang kita cari, namun belum tentu segala yang kita inginkan adalah yang terbaik buat kita. Mungkin Allah menunda, mengganti atau akan memberi yang lebih baik dari apa yang kita inginkan, karena Dia Tahu apa yang kita butuhkan. Uhibbuki fii Allah, Ukhy….)

No comments:

Kasih............

Kasih manusia sering bermusim. Sayang manusia tiada abadi. Kasih Tuhan tiada bertepi. Sayang Tuhan Janjinya pasti