Sunday, May 22, 2011

Selamat Milad, Ukhty-ku Sayang....

19 May 2011, 10:20 PM
265200 detik lagi usiamu sudah 28 tahun. Tiga tahun lagi sudah kepala tiga. Aku tahu kamu kesal karena betapa cueknya aku pada moment-moment pentingmu. Tahun kemarin aku tidak mengucapkan selamat milad padamu, tidak kirim sms apalagi meneleponmu. Tidak juga aku komen di ‘dindingmu’. Aku tidak memberimu kejutan,  seperti yang pernah kau lakukan pada hari miladku. Tapi tahukah engkau wahai sobat? Sebenarnya aku tidak ‘benar-benar’ lupa. Saking karena aku mengingatnyalah yang membuatku lupa tahun kemarin mengucapkan selamat milad padamu. Dan aku juga malu mengucapkannya ketika ingat sudah dua hari berlalu.
Aku hanya bisa mengukir kata-kata betapa aku menyayangimu sobat, dan juga tidak berani mengirimkannya padamu, aku hanya berani ‘melapaknya’ di blog - yang aku tahu kau tidak punya waktu untuk mengunjunginya. Dan aku juga mengarang sebuah novel untukmu, judulnya ‘Cinta Bening Marie Allan Bey’, rencananya kan kubingkiskan untuk miladmu yang ke 27 atau 28, tapi seperti biasa, aku sulit menyelesaikan ending ceritaku. Sepertinya aku butuh beberapa tahun untuk bisa menyelesaikannya karena setting novel yang berbelit-belit. Barangkali bisa kupersembahkan di miladmu yang ke 1/3 abad kali ya. Seperti yang pernah kulakukan pada milad-mu yang ke-22, aku menuliskan sebuah doa khusus dalam sebuah diary mungil yang rencananya akan kubingkiskan padamu. Tapi aku malu, karena hanya sebuah diary mungil yang mampu kubeli untukmu waktu itu, dan akhirnya diary itu hanya terselip dibawah buku-buku.
         Tapi tahukah kau, Sobat? Diary itu selalu kubawa kemanapun aku berdomisili, pun ketika aku terdampar disini, di pulau Batam. Kembali kutuliskan kata-kata yang pernah kurangkai enam tahun silam…
hari ini adalah lembaran baru bagimu, telah bersinar sebuah bintang diarah timur menandakan malam merangkak dini, 12 teng, umurmu genap sudah 22 tahun, seperempat abad kurang 3 tahun, sudah gede, ya?
Met ultah yang ke-22
Sukses selalu
Sobatku, sepanjang perjalanan persahabatan kita, ada banyak hal yang selalu kita pertentangkan, perbedaan yang selalu berujung manis kulalui bersamamu. Ku akui ku tlah semakin menyanyangimu, sebagai sahabat dan saudara ‘tempatku bertengkar’.
Namun fajarkan menyingsing, memuaikan embun yang membasahi wajahmu. Mari lewati lorong waktu menyusuri jalan-jalan dunia dengan kebersamaan. Kita tapaki perguliran pagi, siang, petang, dan malam yang penuh liku dengan persahabatan dan keimanan. Didunia ini kita harus saling berpegangan tangan.
Sobat, kebersamaan dan pertemanan dijalan Allah lah yang akan mengantarkan kita menyelesaikan hidup dengan kebaikan. Persaudaraan, kebersamaan dan persahabatan juga yang akan mengiringi kita pada kebahagiaan akherat.
Tapaki jalan ini penuh makna, sebebas ingatanmu merentang cakrawala. Hari ini adalah harimu, rentangkan tangan, gapai apa yang kau inginkan. Ingatkah kau saat aku mencandaimu tentang tiga bintang dilangit, yang selalu bersama-sama? Aku menuliskan namamu disalah satunya. Mungkin waktu itu kau mengira aku orang yang konyol, tapi aku tak peduli, meski terlihat konyol, tapi keingananlah yang membuat aku berdoa tuk menjatuhkannya, kemudian kuhadiahkan padamu.
Hari ini, tak ada kue tart yang manis, kado istimewa atau ucapan yang meriah, hanya bingkisan kasih sayang yang kutitipkan pada kunang-kunang yang melintas didepan wisma Alamanda, saat kumenuliskan ini.
Kepada tiga bintang itu aku mengakui, betapa banyak kezaliman yang kulakukan padamu. Aku pernah membuatmu menangis dengan selembar surat pedas yang kuukir dengan emosi bersama Ningsi. Sungguh, kejadian itu tak pernah kulupakan. Aku telah melukaimu demikian dalam, hingga kau tersedu diujung telepon, menanyakan, ‘apa salahmu’. Oh tidak, tahukah kau, sobat? Kesalahan itu ada dalam diriku, menggumpal hitam dan terselip rapi dibalik lambungku.
Aku dan Ningsi terlalu banyak menuntut padamu. Terlalu idealis memandangmu. Keegoisan kami tak terbendung saat kau melakukan kesalahan kecil dan tiba-tiba menjelma sebesar gajah didepan kami. Kami sering ‘memakan dagingmu’ memahbiak setiap inchi keberadaanmu.
Sobat, aku sering menyakitimu lewat sikapku yang keras dan cuek. Aku tak pernah menghargai kasih sayangmu, perhatianmu selalu kubalas dengan sikap tak mau tahu. Aku terlalu angkuh padamu. Tapi engkau selalu membuatku takjub, kau mampu bertahan terhadap sikap acuhku. Kau tetap selalu berada disisiku, mengatakan pada teman-teman lain, bahwa kami adalah sahabatmu.
Entah, aku memang orang yang angkuh mengungkapkan perasaan. Aku bersikap seolah kau bukan siapa-siapa bagiku, padahal kau berada dideretan awal ‘orang-orang yang paling kucintai’. Aku bersikap acuh padamu, padahal kau adalah orang yang paling ku khawatirkan, kenapa semakin hari kau terlihat kurus? Aku bersikap tak peduli padamu, padahal kau adalah orang yang paling kudengar pendapatnya. Aku bertingkah seolah ‘menghindarimu’ padahal kau adalah orang yang paling kuperhatikan ‘keberadaannya’.
Tak tahu, kenapa aku begitu angkuh. Aku sulit mengungkapkan perasaan betapa kau adalah saudari yang kucintai, sahabat yang terbaik yang pernah kumiliki, teman sejati yang mau menerimaku apa adanya. Bahkan, aku sering tak sanggup menatap matamu, sadarkah kau saudariku? Tidak, aku tidak butuh pengakuan darimu bahwa kau memang menyayangiku, karena kau bukan gadis angkuh sepertiku yang menyembunyikan perasaan dibalik lambungku. Kau menyiratkan jelas dalam setiap tatapmu yang penuh cinta.
“Yaa Allah….perkenankanlah hati-hati kami berkumpul merajut cinta dalam ukhuwah atas nama-Mu. Perkenankan jiwa-jiwa kami bersatu dalam meraih ridho-Mu. Yaa Allah, jagalah jiwa yang satu ini, Rahmatilah raga tempat bersemayamnya, luruskanlah setiap langkahnya, tegakkanlah tulang punggungnya. Lembutkanlah hatinya sebagaimana lembutnya hati Fatimah. Tegarkanlah jiwanya sebagaimana tegarnya jiwa Wanita Bersabuk Dua. Kuatkanlah pendiriannya dalam haq sebagaimana kuatnya Hafsah. Anggun seperti Aisyah dan kesempurnaan iman seperti Khadijah. Yaa Allah, jika hamba tak mampu menampakkan cinta kasat mata padanya, penuhilah matanya dengan cinta agar setiap orang jatuh cinta dan mencintai tatkala menatapnya….…..”
22 May 2005
Selamat milad yang ke-28, saudariku… uhibbukifillah……

No comments:

Kasih............

Kasih manusia sering bermusim. Sayang manusia tiada abadi. Kasih Tuhan tiada bertepi. Sayang Tuhan Janjinya pasti