Saturday, May 15, 2010

Cur-Hat Pada Orang Yang Salah....?

Tahajjud Lebih Mendamaikan, Sobat,,, 
Bagaimana perasaanmu jka curhat pada orang yang salah? Saya pernah mengalaminya. Suatu saat saya pernah curhat pada seorang teman kerja tentang penyakit yang saya alami, yang mengkorosi kepercayaan diri saya. Tapi jawabannya membuat saya putus asa, bukan karena sakit saya, tapi karena respon yang saya terima. Saya pikir dia bisa menjadi tempat curahan hati saya karena hanya memang dia yang ada didekat saya, berhubung masalah pekerjaan maka intensitas pertemuan kami cukup dekat.

 “Ya, harus gimana lagi? Terima saja kenyataan yang ada karena memang begitu takdirnya” jawabnya ketika itu, datar tanpa rasa dengan kening sedikit berkerut seolah menyesalkan kata-kataku (mungkin ekspresi yang biasa baginya). Hati saya jadi terasa ter-iris saat mendengar jawabannya yang tanpa belas kasihan. Memang takdir saya semua yang terjadi terhadap diri saya, dan mau tidak mau toh, saya harus menerima kenyataan sepahit apapun itu. Tapi bukan jawaban seperti itu yang saya harapkan. Yah, paling tidak dia memberikan dukungan moril dan membantu menyembuhkan krisis kepercayaan diri saya.
Jawaban yang sangat kontras sekali diberikan oleh salah seorang sahabat lama semasa kuliah di Kota Padang. Saat saya SMS malam berikutnya, sebelum sepertiga malam terakhir berlalu. Setelah, 6 layar SMS itu terkirim, saya buka lagi cerita lama persahabatan kami.

“Ane sekarang punya kebiassan jelek nih ukhty, kalo lagi stress suka gunting rambut sendiri. Rambut ane yang setumit tuh sekarang tinggal dibawah ketek lagi. Abis tuh nyesel! Stress dengan pekerjaan yang monoton, teman-teman yang sering bikin gondok, siklus bulanan yang bikin mood encok, penelitian yang belum kelar, sementara ujian skripsi tinggal sebulan lagi dan pigmen yang makin miskin kalo lagi stress begini makin buat ane tambah berkerut. Barusan abis gunting rambut tahun 50-an pake gunting pincang-sebelah kakinya, jadi deh model rambut Britney Spears kecebur got. Kayaknya tahajjud bisa bikin adem. Tahajjud dulu yok….”

“Abis tahajjud masih kacau balau begini, ga khusyu’ kali ya. Ane abis baca diary 5 tahun lalu tentang ukhty and Nings yang sudah ane tulis separohnya dan rencananya bakalan ane bingkiskan dihari ulang tahun ukhty yang ke-22. Ada penyesalan di hati bahwa ane bukanlah sahabat yang baik buat ente berdua. Tapi bagaimanapun ukhty adalah sahabat terbaik bagi ane yang belum dan kayaknya ga bakalan ane temui lagi orang seperti ukhty. Ow, alangkah egoisnya ane 5 tahun lalu. Tak terasa yah, dah 5 tahun kita tak bersua, tapi tak banyak yang berubah dari diri ane. Seperti siput yang selalu sembunyi kedalam cangkangnya. Ukh, kali ini ane berterus terang tentang penyakit ane…….(dst, dst tentang kondisi yang saya alami saat itu, saya ceritakan penyakit saya dan kondisi psikologis saya yang mengalami krisis berat).
Trus, apa jawabannya? Begini kira-kira,
“Assalamualaykum, semoga harimu penuh berkah ya, ukhty. Kalo menurut Andrea Hirata, ukhty sekarang mengidap penyakit no. 22 kali ye, hidup dimasa lalu. Ana ingat ukhty selalu cerita tentang teman SMA ukhty yang namanya siapa tu…, ana lupa. Yang sering ngasih ukhty puisi-puisi. Ukh, dulu bilang ma ana dia ntu sohib terbaik ukh, yang ga akan tergantikan (uh, cemburu nih ceritanya, saudara-saudara…). Ukh, dulu ga tau gimana cemburunya ana mendengarnya (ssstt…dikalangan akhwat dah biasa mengungkapkan perasaan cinta pada saudaranya, seperti sabda Nabi, bahwa kita diwajibkan untuk mencintai saudara seiman dan selalu mengatakan uhibbuki fii Allah ya, ukhty – tamb). Sehingga ana mikir apapun yang ana lakukan ga akan berarti karena ukh bilang dia yang terbaik, jadi ana ga pengen berbuat sesuatu. Percuma toh, ana juga bukan siapa-siapa ukh. Sekarang cerita tuh berulang lagi, and subyeknya ana. Sekarang juga mungkin ada seseorang yang merasa ga berarti bagi ukh.”

Huuuuuuhuuu…… saya nangis Bombay dibuatnya. SMS yang berfrekuensi 9 kali itu membuat saya terpekur lamaaaaaa banget. Begitukah saya? Ternyata selama ini sahabat saya itu merasa tak berarti disamping saya akibat dari cerita saya tentang seorang sahabat baik waktu SMA.
“Ana pengen ukhty buang semua masa lalu, cukup jadikan ia spion untuk tidak mengalami kesalahan yang lama sekarang dan nantinya. Ukhty hidup dimasa sekarang, jadilah teman yang baik, seperti yang ukhty pengen lakuin buat ana dimasa lalu. Walau sebenarnya ana juga ga ngerti karena bagi ana ukhty adalah sahabat baik ana yang juga ga akan ana lupain…..”
Salam pembuka dari sahabat saya itu adalah keluhannya secara tak langsung akan sikap saya terhadapnya yang membuat ia kecewa dan berharap saya tak akan mengulanginya lagi pada teman-teman saya dimasa yang sekarang. Duh, pembukaan yang romantic dan memancing emosi kesedihan saya. Mungkin curhat saya sebelumnya dikira saya telah membuat seseorang tak berarti disamping saya karena saya mengulang kesalahan yang sama seperti yang saya perbuat pada sahabat lama saya itu. Tidak, sama sekali tidak. Saya tak punya sahabat seperti dia di pulau tak bertuan ini. Murni dari hati saya bahwa saya memang punya banyak teman baik tapi tak ada sahabat saya seperti dia dan Nings sekarang ini. Atau seperti sahabat-sahabat kami yang bermukim di Alamanda 3 tercinta.
“Ukhty, jadilah yang lebih baik, lebih sabar, lebih nrimo dan ga membanding-bandingkan. Ana yakin ukhty berarti buat teman-teman ukhty. Bukankah sebaik-baik kita adalah yang paling banyak manfaatnya buat orang lain? J berdekatan dengannya, membahagiakan, menyejukkan hati, dan mendamaikan. Ana yakin ana menjalani takdir aja tentang semua kehidupan ini, mati, rezki dan jodoh. Dan satu takdir tidak menyebabkan takdir lain kecuali hanya sebatas penyebab dalam kelemahan pandangan kita. Apalagi tentang masalah penyakit ukhty yang tidak akan membawa pengaruh signifikan terhadap kedepannya. Ukhty pasti tau betapa jeleknya Luqman al Hakim tapi itu tidak menghambat kemuliaan dan kemudahan hidup beliau. Ana Cuma pengen hidup seperti beliau. Punya taqwa yang jadi penyebab turunnya Rahmat Allah. Ana Cuma minta kasih sayang Allah. Selama Allah Ridho ana ga berusaha untuk ga peduli. Mari berlomba-lomba dalam ketaqwaan. Udah ah, capek….. renungkanlah apa yang ana tulis nih”
Nah, begitulah nasehat seorang sahabat, menunjukkan jalan dan mengoreksi semua kesalahan kita meskipun pahit. Meskipun pahit, tapi manis terasa diujung lidah, bahwa ia tak membiarkan saya mengulang kesalahan yang sama. Ini Yang saya harapkan.

So, be a best friend to your friend………
                                                                      

No comments:

Kasih............

Kasih manusia sering bermusim. Sayang manusia tiada abadi. Kasih Tuhan tiada bertepi. Sayang Tuhan Janjinya pasti