Wednesday, May 5, 2010

Ya Allah, Arief...............

       “Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik)” (QS. Ar Ra’d:22)
Tak ada seorangpun yang tidak terharu ketika menyaksikan Arief Pratama (7.6 tahun) membasahai tubuhnya dengan kaos yang sengaja dibasahkan, untuk mengurangi gerah dan panas tubuhnya akibat penyakit yang sudah dideritanya sejak berumur 3 tahun. Tak terasa air mata jatuh satu persatu. Anak sekecil itu begitu tegar dan tak mau merepotkan orang lain karena penyakitnya, cerita ibunya.
Arief menderita pembengkakan limpa dan hati sejak berumur tiga tahun. Dokter memvonis itu penyakit keturunan sehingga ibunya merasa trauma melahirkan lagi. Apalagi kedua orang tua Arief hanya buruh dan ibunya bekerja di sebuah PT Garmen di kawasan Batam Centre. Ia sengaja mengambil shift malam agar bisa bergantian dengan suaminya menjaga Arief. Arief tidak mau dititipkan ke tetangga karena ia tak mau merepotkan orang lain.
“Bu, Arief pengen berlari kencang…”  Kata Arief suatu ketika. Ibunya terisak saat menceritakannya pada kami.
“Arief malu Mbak, karena di ejek temannya, perut Arief seperti orang hamil. Arief jadi jarang keluar rumah dan hanya bermain sendiri. Kalau saya berangkat kerja, Arief saya tinggal sendiri di rumah sampai Bapaknya pulang.”
PT Epson Batam - IC Div, jenguk Arief dikediamannya
Kami yang mendengar cerita dari Ibunda Arief tak kuasa lagi menahan sedih. Membayangkan Arief yang tiap bulan harus transfusi darah, bekas tusukan jarum suntik terlihat jelas disepanjang tangannya. “Apalagi kalau dapat suster yang ‘error’ saya tak kuasa mendengar rintihan Arief saat jarum suntik ditancapkan berkali-kali.” Cerita ibunya. Tak bisa dibayangkan biaya pengobatan yang dikeluarkan orang tuanya yang hanya seorang buruh pabrik biasa untuk beli obat-obatan dan transfusi darah tiap bulan. Arief mau menelan obat sepahit dan se-asam apapun agar bisa sembuh, ia punya keinginan yang kuat untuk bertahan hidup. Terakhir ia mengangguk saat ibunya bilang ia harus dioperasi.

Perut Arief membuncit dan urat-uratnya terlihat menonjol keluar. Tubuhnya kecil dan kurus kering. Postur badannya seperti anak berusia tiga tahun, akibat penyakit yang dideritanya. Arief tak pernah sekolah. Ia jarang memakai baju dirumah karena selalu merasa gerah dan panas. Jika tidur ia menjauh dari kedua orang tuanya karena ia harus membasahi kasur atau tikar tidurnya dengan air, baru ia bisa tidur. Ia melakukannya sendiri. Seolah derita hanya ia sendiri yang menanggung. Teman, jika melihat poto-poto Arief, saya selalu merasa bersalah. Saya kadang benci dengan arogansi saya sendiri. Saya merasa saya makhluk yang paling egois didunia ini.
Teringat kembali oleh saya saat saya dihampiri oleh seorang Bapak- Bapak saat saya sedang asyik nongkrong di shelter hotspot Speedy di Taman Makam Pahlawan. Bapak itu menenteng kertas-kertas selebaran untuk penggalangan dana biaya operasi Arief. Saat Bapak itu memohon bantuan saya untuk menyebarkan selebaran tersebut di kampus, saya dengan cueknya menanggapi sambil mata saya tak lepas dari layar laptop. Beliau sama sekali tidak meminta sumbangan pada saya, tapi memohon selebaran tersebut bisa disebarkan di kampus atau di perusahaan-perusahaan. Tanpa perasaan saya hanya mengangguk dan sesekali bertanya tentang keabsahan dokumen yang dibawanya.
“Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya.” (QS. Adh Dhuhaa: 10)
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Al Baqarah:267)
Ya Allah,
Ya Allah,
Ampuni kami yang selalu menghitung-hitung kebaikan yang kami lakukan tapi selalu melupakan keburukan yang telah kami lakukan.
Kami sering memberi yang buruk-buruk dari harta kami untuk saudara kami padahal Engkaulah yang Mempusakai seluruh isi langit dan bumi. Semua yang ada pada kami adalah titipan dan ujian bagi kami – apakah kami akan menggunakan harta yang Engkau titipkan untuk jalan kebaikan dan meolong sesama atau kami makan untuk diri kami sendiri?
Dengan penyesalan yang sangat, saya mencoba menggalang dana dari teman-teman diperusahaan tempat saya bekerja, melalui email-email berantai, kami berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp. 2 juta dan mencoba penggalangan dana dari semua section / divisi melalui majelis taklim karyawan. Subhanallah, para sahabat di perusahaan tempat saya bekerja sangat antusias dan mendukung sekali aksi penggalangan dana tersebut. Tanggal 14 May, Arief akan dibawa ke RS Cipto Mangunkusumo Jakata untuk menjalani operasi yang membutuhkan biaya sekitar Rp. 45 juta, sementara dana yang terkumpul baru setengahnya saja yang berhasil dihimpun dari bantuan PEMKO dan para donator.
Ya Allah,
Mungkin dengan cara inilah Engkau menegur hamba yang sedang lupa daratan.
Mungkin dijalan inilah Engkau mengingatkan hamba agar kembali lagi ke jalan Rahmat-Mu. Di siang terik ini, di depan Taman Makam Pahlawan, kutemukan sisi kemanusiaanku yang nyaris hilang.
“Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allah-lah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi? Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al Hadiid:10)

No comments:

Kasih............

Kasih manusia sering bermusim. Sayang manusia tiada abadi. Kasih Tuhan tiada bertepi. Sayang Tuhan Janjinya pasti