Monday, June 6, 2011

Jilbab Sebagai Identitas Muslimah

Hari Jilbab Internasional
Kesadaran Berjilbab Muslimah di Negara Minoritas



Pernah dengarkan Hari Jilbab Internasional? Hari Jilbab Internasional lahir di Inggris dimana komunitas Muslim justru sebagai kelompok minoritas. Mungkin di banyak Negara Barat, Inggris sedikit lebih ramah ketimbang Jerman, Amerika atau Prancis yang getol mengkampanyekan pelarangan memakai hijab di tempat-tempat umum. Di Inggris, beberapa politisi Muslim menempati posisi penting dalam pemerintahan.
Bagaimana dengan Negara yang sedang carut marut namun makin kita cintai ini? Jilbab baru santer diberitakan pada awal tahun 1990-an dimana  ketika kesadaran berjilbab mekar, berbagai fitnah diumbar oleh kalangan yang tidak menyukai perkembangan Islam dan kebanyakan mereka yang berteriak adalah orang-orang Islam sendiri. Pernah dengarkan fenomena jilbab racun dan jilbab pencuri? Berbagai macam fitnah dirancang untuk mencekal petumbuhan jilbab. Meskipun yang mencekalnya sekali lagi adalah orang-orang Islam sendiri. Sesungguhnya Barat dan Zionis tidak menjajah kita secara fisik, tapi melalui penjajahan ekonomi dan pemikiran (ghazwul fikr). Mereka tidak berniat mengubah agama kita, tapi menjauhkan Muslim dari agamanya sendiri, sehingga seorang Muslim tidak mengenal agama dan Tuhannya, hanya sekedar Islam KTP. Maka bermunculanlah kaum liberal yang didanai langsung oleh Barat dan Zionis yang berkoar-koar tentang feminisme, liberalisme, sekularisme dan me …me seenak perutnya sendiri.

Perjuangan “generasi pertama” jilbaber bisa kita petik sekarang. Hari ini kita merasa bangga dengan jilbab kebesaran kita tanpa halangan yang berarti. Penjualan jilbabpun menjadi “komoditi” yang menguntungkan. Tapi tengoklah diluar sana, hari ini para Muslimah masih berjuang mempertahankan identitasnya yang  ditentang dengan rancangan undang-undang rasisme. Marwa Al Sharbini adalah syahidah jilbab dari Mesir yang syahid karena memperjuangkan haknya di negeri Hitler.
Bagaimana dengan generasi muda Muslim dinegara kita? Meskipun sudah ada perda yang mengatur (seperti di Aceh) masih saja kita ogah menampakkan identitas kemuliaan kita. Jilbab adalah pakaian takwa, identitas diri ataupun symbol identitas agar seorang Muslimah mudah dikenal. Kebayangkan pernah melihat cewek yang rambutnya di cat warna warni, pake anting tiga disebelah kupingnya, baju tank top dan hotpants, trus tak sengaja kecebur got dan langsung berteriak, “Astaghfirullah…..” langsung deh bibir kita bergumam, “Oo…Muslimah tho…?” he..he…
Makanya sering dikatakan bahwa jilbab adalah symbol identitas diri seorang Muslimah, agar ia mudah dikenal, sebagai pembeda antara Muslimah dengan Non. Beberapa Muslimah yang belum berjilbab pernah berkomentar, “Jilbabin dulu hatinya, baru kepala.” Kalo nunggu hatinya yang dijilbabin sampai kapan, jika tidak berusaha memakaikannya? Perhatikan kisah bagaimana para wanita Anshar merobek tirai mereka untuk dijadikan jilbab ketika mereka mendengar turunnya ayat tentang jilbab.
Kesadaran berjilbab memang harus dari diri sendiri, tanpa ada paksaan dari orang lain. Toh berjilbab adalah wujud keimanan dan ketaatan seorang hamba kepada Rabb-nya. Sayapun dulu awal-awal berjilbab juga sangat gagap ketika ada seorang Muslimah mengajak saya menutup aurat. Sayapun tersinggung, kok berani-beraninya si Ukhty perintahin saya pake jilbab? Bapak saya saja yang guru ngaji tak pernah menyuruh saya pakai jilbab. Lagipula Ustad-Ustad dikampung saya isrinya juga tak berjilbab. Itu dalih saya waktu.
Hobi membaca menggiring saya untuk mencari pembenaran dari dalih saya tersebut; ustad yang rajin ngaji aja istrinya tidak berjilbab…. Maka mulailah saya mencari ayat-ayat dan dalil-dalil tentang jilbab. Sayapun membeli buku-buku tentang jilbab. Tujuan saya Cuma satu, untuk mematahkan argument si Ukhty itu yang mengatakan bahwa jilbab wajib hukumnya. Hasilnya, saya merutuki diri sendiri, alangkah cetek dan minimnya pemikiran dan ilmu agama saya, padahal saya tak pernah meninggalkan shalat sejak kelas 4 SD. Semester pertama kuliah saya langsung memakai jilbab, dan hasilnya? Ditentang oleh kedua orang tua! Mereka bilang boleh-boleh saja pakai jilbab, tapi jangan dalam dirumah (padahal banyak non mahram hilir mudik dalam rumah saya, sepupu, tetangga, teman-teman kakak dsb). Alasannya? Biar rambut panjang saya tidak rontok. Lama kelamaan orang tua bisa menerima dan malah mendukung saya hingga saat ini.
Memang, amal tanpa ilmu terasa hambar. Betapa banyak Muslimah berjilbab tapi sangat jauh dari kaidah syar’i, tidak tahu batasan-batasannya atau tidak mau tahu. Membaca adalah jendela ilmu, ilmu dapat meningkatkan derajat seseorang, ilmu bisa menuntun seseorang ke jalan cahaya. So, Iqro ! alias, rajin-rajinlah membaca dan TADABBUR. Jangan mengamalkan sesuatu karena ikut-ikutan, tapi ketahuilah amalan yang kita lakukan berdasarkan petunjuk Al Qur’an dan Hadits (kenapa banyak bermunculan aliran sesat? Karena pengetahuan umat tentang agamanya k.u,r,a,n.g).
Muslimah yang berjilbab akan mampu mengendalikan dirinya. Mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Muslimah yang mengamalkan suatu perbuatan dengan ilmu akan lebih istiqomah dan lebih cerdas. Misalnya ketika marak bermunculan model-model jilbab instan yang kurang “nyar’i”, misalnya model yang “mencekik leher”, model tali yang bisa mengikat sanggul dikepala sehingga terkesan seperti “punuk onta”, jilbab berbahan tipis, norak, dan tabarruj (berlebih-lebihan), ia bisa memfilter mana yang sesuai syariat dan mana yang tidak. Menjaga hatinya dengan menundukkan hati dan pandangan terhadap non mahram, tidak berkhalwat dan berikhtilat (khalwat = berdua-duan dengan lawan jenis non mahram, ikhtilat = bercampur baur antara laki-laki dan perempuan tanpa tujuan syar’i), tidak memakai jeans. Jeans sejatinya diperuntukkan untuk laki-laki. Muslimah yang memakai jilbab tapi mengenakan celana jeans seperti yang terjadi saat ini sebenarnya jauh dari kategori syar’i.
So, bagaimana jilbab yang SYAR’I menurut Al Quran dan Hadist?

No comments:

Kasih............

Kasih manusia sering bermusim. Sayang manusia tiada abadi. Kasih Tuhan tiada bertepi. Sayang Tuhan Janjinya pasti